Kamis, 22 April 2010

GOLOK DAN BEDOG DALAM KHASANAH KEBUDAYAAN SUNDA

seiring berkembangnya pola pikir manusia . manusia berhasil mengolah logam untuk membuat alat-alat keperluan hidup setelah sebelumnya mempergunakan alat-alat keperluan hidup dari batu.hal tersebut kemajuan peradaban manusia dalam bertahan hidup. sebagaimana yang disebutkan Raffles dalam bulunya yang berjudul "History Of Java" bahwa "kemampuan manusia untuk bertahan hidup ditandai dengan kemampuan manusia untuk menciptakan peralatan yang tajam". di awali dengan menggunakan bahan dari kayu, tulang, batu, hingga bahan logam ; besi, baja, kuningan, perunggu, dan sebagainya. dan dalam buku yang sama, Raffles menyebutkan "kemampuan mengolah besi menjadi ciri kemajuan satu bangsa.
sering kali kebudayaan mengolah logam , di Indonesia di sebut kebudayaan dongson. karena memang kebudayaan mengolah logam yang berkembang di indonesia berasal dfari vietnam. dongson sendiri merupakan satu nama lain dari vietnam.
bahkan kebudayaan mengolah logam, telah berkembang di tatar sunda (jawa barat) sejak 300 tahun sebelum masehi. dengan kata lain, sebelum nabi isa dilahirkan, suku sunda telah mampu membuat golok, pedang, dan alat kebutuhan lain yang terbuat dari logam. begitu setidaknya menurut Von Heine Geldem dalam buku "Pengantar sejarah" karya R.Sukmono.
pengolahan logam menghasilkan berbagai peralatan yng di kelompokan sesuai dengan fungsinya yaitu : peralatan kerja dan peralatan perang. peralatan kerja adalah peralatan yang digunakan untuk bekerja dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup. sedangkan peralatan perang adalah peralatan yang digunakan untuk berperang atau membela diri dan menghalau musuh. meskipun pada kenyataannya kerap tertukar, atau satu buah alat yang dipakai untuk kedua fungsi tersebut.salah satunya adalah adalah golok.
di nusantara ini banyak ragam sebutan untuk golok. di jawa tengah dan jawa timur golok dikenal dengan nama wedung atau bendo. di betawi di sebut juga golok. sedangkan dalam kebudayaan sunda golok disebut juga bedog atau gobang.
konon kata "bedog" sendiri pada masa lampau , hanya di gunakan oleh rakyat biasa. sedangkan para raja mengenalnya dengan nama "golok". walaupun artinya itu-itu juga. hal itu di perkuat dengan disebutnya kata golok dalam naskah kuno "SIKSA KANDANG KARESIAN". dan dalam naskah tersebut tidak disebutkan kata bedog. begitu pun dalam "Kamus Bahasa Naskah dan Prasasti Sunda" karya Elis Suryani Dkk (2001).
kata "bedog" sendiri baru di sebutkan dalam kamus bahasa sunda-inggris karya Joathan Rigg (1862) yang dijelaskan sebagai sebuah alat untuk memotong dan menetak. bedog merupakan bilah besi atau baja yang salah satu sisinya di asah tajam dan lebih kokoh dibandingkan dengan pisau.
secara garis besar, ada empat macam bentuk utama bedog, yaitu tonggong lempeng (punggung lurus), tonggong bentik (punggung agak melengkung), beuteung lempeng (bagian tajamnya lurus), beuteung ngagayot (bagian tajamnya melengkung). selebihnya merupakan varian dari keempat bentuk tersebut.
untuk bentuk punggung bedog di bagi menjadi tiga macam.nonggong munding (berbentuk punggung kerbau), nonggong kuya (berbentuk punggung kura-kura), dan nonggong rata (berbentuk rata).
pada beberapa punggung bedog ada yang di berijegongan (bagian ujung di beri cowak, seperti di buat tajam). selain sebagai variasi namun juga berfungsi membelah kelapa tua yang sudah dikupas bagian sabutnya. pada bagian bilahnya ada pula yang memakai ruruncang (lekukan memanjang ke arah ujung) yang selain berfungsi sebagai variasi agar terlihat menarik , tetapi juga berfungsi sebagai jalan darah ketika menyembelih binatang besar. penampang bilahnya biasa disebut beuteung siraru , mengambil bentuk perut binatang laron atau rayap yang telah bersayap.
gagang bedog pun memiliki nama yang sangat banyak dan beragam. sedangkan serangka nya lebih mengikuti bentuk bilahnya. pada gagang dan bilah banyak dikelompokan dengan mengambil nama tumbuhan atau binatang. hal ini dikarenakan orang sunda sangat memperhatikan alam sekitarnya.
jenis bilah berdasarkan nama tumbuhan, antara lain; sintung bening, paut nyere, salam nunggal, jambe sapasi, sosok iwung, kembang kacang, malapah gedang, janur, gula sabeulah, beubeut nyere, sulangkar. sedangkan jenis gagang berdasarkan nama tumbuhan , antara lain; balingbing,eluk paku, pendul, kembang, potongan kai, sopak lodong, jejengkolan.
berikut jenis bilah berdasarkan nama binatang antara lain, simeut pelem, buntut lubang,tambak. sedangkan jenis gfagang berdasarkan nama binatang, antara lain; buhaya, ekek, soang ngejat, jawer hayam, ucing nonghol, pingping hayam, kucuit, simeut bako, meong, begog, lauk cai, kuda laut, garuda,, mear, lutung moyan, ceker kidang.
sedangkan jenis bedog berdasarkan fungsi dan kegunaannya adalah: pamilikan/pabilikan yang berfungsi menyisit bambu untuk membuat bilik. pamoroan, yang di gunakan saat berburu. pameuncitan yang digunakan untuk menyembelih hewan dan menyisit kulit serta dagingnya. sadap, yang digunakan untuk menyadap nira atau getah pinus, karet dan berbagai tumbuhan lainnya. sintung yang berfungsi untuk memotong atau mengiris daging. panguseupan , yang di gunakan untuk perlengkapan memancing. rajang yang digunakan untuk mengiris daun tembakau.
ada makna simbolik dibalik nama bilah bedog, memang tidak seluruhnya.contohnya Salam nunggal, nama ini dikaitkan dengan awal penyebaran agama Islam di Tatar Sunda. menurut Wawacan Gagak Lumayung baris ke 340 karya MO Suratman, pada tahun 1956 “Sampurna Iman Islam, jaga ieu kubur janten lembur rame pisan, mugi-mugi sing tepi paneda kami, nelahna Salam Nunggal”. Kata salam didalam bahasa Sunda bisa diartikan sebagai nama pohon yang daunnya untuk penambah aroma sayuran, arti lain adalah doa untuk keselamatan, sedangkan nunggal dari kata dasar tunggal. Makna salam nunggal pada bedog adalah walaupun kita mempunyai atau membawa bedog, tetapi keselamatan tetap harus berserah diri kepada Yang Maha Tunggal, Allah Swt. Untuk itu menggunakan bedog harus mempunyai tujuan yang pasti, yang diridloi oleh Allah Swt. Salam Nunggal juga adalah nama sebuah desa di Leles Garut. Bentuk bedog salam nunggal berpunggung lurus begitu juga bagian yang tajam, diujung (congo) melengkung dari bagian yang tajam menyerupai seperempat bulatan ke arah punggung. tidak ada ukuran baku untuk panjang dan lebarnya , tergantung ketersediaan bahan tetapi tetap berbentuk harmonis antara panjang dan lebar.
Paut Nyere, bentuknya lebih berkesan panjang dan ramping, berpunggung lurus tetapi pada bagian yang tajam tirus meruncing ke arah ujung, pada bagian belakang mendekati pangkal (paksi atau pekis dalam istilah keris) sedikit lebih mengecil ke arah punggung dari bagian yang tajam. Arti paut nyere pada dasarnya adalah menarik lidi dari sebuah ikatan. Semakin sering mencabut lidi dari ikatannya, maka semakin longgar sebuah ikatan, semakin tak bermakna ikatan tersebut. Bedog dan sarangka tiada bedanya dengan lidi dalam ikatan. Begitu semakin sering mencabut bedog, semakin memperlihatkan lemahnya penguasaan diri, apalagi mencabut bedog tanpa tujuan yang pasti. Bedog adalah senjata tajam akan bermanfaat bila digunakan untuk kebaikan dan sebaliknya akan sangat berbahaya bila digunakan untuk kejahatan. Disinilah diperlukannya penguasaan diri dari setiap pemakainya.
Ujung Turun atau nama lainnya disebut Lubuk, punggung lurus bagian yang tajam juga lurus, dibagian ujung dari punggung membentuk seperempat bulat ke arah yang tajam, kebalikan dari salam nunggal. Didaerah Ciomas Banten lebih terkenal dengan nama Candung. Bentuk ini memberi peringatan kepada pemakainya bahwa semakin ke ujung kehidupan atau semakin tua harus semakin bijaksana, tiada bedanya dengan ilmu padi semakin berisi harus semakin menunduk.
Makna simbolik ini tiada bedanya dengan makna simbolik gagang, dimana bentuk gagang pada dasarnya seperti eluk (lengkung tunduk mengarah bulat) dengan nama eluk paku atau jejengkolan atau jengkol sagendul, tiada bedanya dengan makna ilmu padi. Disamping makna simbolik juga berfungsi untuk penahan pada jari kelingking saat dipegang agar tidak mudah lepas disaat licin karena keringat.
Bedog merupakan benda budaya warisan karuhun yang patut dihargai, hasil dari perenungan ide yang mengalir menjadi sebuah bentuk bernilai seni, filosofi dan teknologi, disitu ada unsur simbolis yang bisa dikuak sebagai bahan kajian untuk pembelajaran hidup. juga bisa menjadi objek penelitian ilmu pengetahuan dan kebudayaan. disini nampak bahwa urang Sunda lebih mengedepankan nilai estetis dan filosofis selain bertujuan untuk keperluan defensif.
sudah saatnya kita lebih arif untuk memahami dan mengenal budaya tradisional yang kaya akan nilai falsafah. karena bagaimanapun kebudayaan adalah jati diri bangsa. bangsa yang melupakan budayanya adalah bangsa yang melupakan identitas dirinya sehingga akan di remehkan bangsa lain.marilah kita beusaha sekuat mungkin untuk melestatikan budaya dan peninggalan leluhur kita. sehingga kita tak harus khawatir negara lain akan mengklaim kebudayaan kita.

2 komentar:

  1. Sportsbet.lv in Sportsbet.lv | Betting on esports at legalbet.co.kr
    Sportsbet is an all-in-one sports betting platform with all the necessary elements of betting you want, such as 1xbet южная корея Live Casino, eSports, eSports,

    BalasHapus